Selamat datang di PRAWANTAJAYA Integrated Agri-Aquaculture Berbasis IoT, Smart Mapping, dan Circular Economy guna Mewujudkan Ketahanan Pangan Berkelanjutan di Desa Prawatan

Selamat Datang di Website PRAJA

Bioflok

Integrated Agri-Aquaculture Berbasis IOT untuk Ketahanan Pangan Berkelanjutan

Bioflok berbasis IoT yang Terintegrasi degan Hidroponik

Program ini menggabungkan budidaya lele bioflok berbasis IoT dengan sensor pH, DO, dan suhu untuk memantau kualitas air secara real-time, serta pemberi pakan otomatis untuk efisiensi pemeliharaan yang terhubung ke website. Limbah dari kolam dimanfaatkan sebagai nutrisi hidroponik selada untuk membentuk sistem terpadu yang ramah lingkungan dan produktif.

Sasaran: Gapoktan dan Karang Taruna.

Bioflok Berbasis IoT - Desa Prawatan

Sistem Bioflok Berbasis IoT

Monitor dan kelola kolam ikan lele secara real-time dengan teknologi Internet of Things terintegrasi

Apa Itu Sistem Bioflok?

Bioflok adalah sistem budidaya ikan yang memanfaatkan mikroorganisme untuk mengolah limbah organik menjadi gumpalan-gumpalan (flok) yang dapat dikonsumsi oleh ikan sebagai pakan alami. Sistem ini meningkatkan efisiensi pakan dan mengurangi kebutuhan air.

  • Efisiensi pakan hingga 30%
  • Kepadatan tebar ikan lebih tinggi
  • Penggunaan air yang minimal
  • Ramah lingkungan
  • Integrasi dengan Hidroponik

    Sistem bioflok kami terintegrasi dengan tanaman hidroponik yang memanfaatkan nutrient dari air kolam yang kaya unsur hara, menciptakan sistem pertanian berkelanjutan.

  • Limbah kolam dimanfaatkan sebagai nutrisi tanaman
  • Tanaman hidroponik membantu menyaring air kolam
  • Mengurangi kebutuhan pupuk untuk tanaman
  • Menghasilkan dua produk sekaligus: ikan dan sayuran
  • Jenis tanaman: Selada, Kangkung, dan Sawi yang cocok dengan sistem aquaponik

    Produksi Pakan Ikan Mandiri

    Desa Prawatan mengembangkan produksi pakan ikan mandiri dengan memanfaatkan limbah sekam padi yang difermentasi, mengurangi ketergantungan pada pakan pabrikan dan menekan biaya produksi.

  • Bahan baku lokal melimpah
  • Biaya produksi lebih rendah 40%
  • Mengurangi limbah sekam padi
  • Kualitas pakan terkontrol